Makalah Nasikh Wal Mansukh
Pengertian Naskh
Pengertian naskh
(النسخ) secara
bahasa ada empat macam:
1. الإزالة (menghapus).
Pengertian ini terlihat misalnya pada kalimat نسخت الشمس الظل (matahari
menghapus bayangan/mendung). Juga terlihat pada kalimat نسخت الريح
أثر المشي (angin
menghapus jejak perjalanan).
2. النقل (memindahkan),
yaitu menyalin sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain (نقل الشيء من
موضع إلى موضع).
Pengertian ini misalnya terdapat pada kalimat نسخت الكتاب و نسخت المصحف (saya telah
menyalin kitab dan saya telah menyalin mushhaf). Pengertian ini juga terdapat
dalam firman Allah ta’ala surah al-Jaatsiyah ayat 29: إنا كنا نستنسخ ما كنتم تعلمون (kami telah memerintahkan
untuk menyalin/mencatat perbuatan yang telah kalian lakukan ke dalam lembaran
catatan amal).
3. التبديل (mengganti),
yaitu mengganti sesuatu dengan sesuatu yang lain yang berbeda (تبديل الشيء
من الشيء وهو غيره).
Pengertian ini disebutkan oleh Ibn al-Manzhur di kitab beliau Lisanul ‘Arab.
4. التحويل (mengubah),
yaitu mengubah sesuatu dengan sesuatu yang lain (تحويل الشيء من حالة إلى حالة).
Pengertian ini misalnya terdapat dalam ungkapan تناسخ المواريث, maksudnya adalah mengubah hak harta waris
dari seseorang kepada orang lain.
Sedangkan
pengertian naskh menurut istilah terdapat beberapa pendapat, yaitu:
1.
Membatalkan hukum yang diperoleh dari nash terdahulu dengan nash yang datang
belakangan (إبطال الحكم المستفاد من نص سابق بنص لاحق).
2. Khithab
Syaari’ yang menghalangi dilanjutkannya hukum syara’ terdahulu (ختاب الشارع
المانع من استمرار ما ثبت من حكم شرعي سابق).
3. Menghapus
hukum syara’ dengan khithab syara’ (رفع الحكم الشرعي بخطاب شرعي).
4. Menghapus
hukum syara’ dengan dalil syara’ (رفع الحكم الشرعي بدليل شرعي).
Penulis
kitab al-Manaar fii ‘Uluumil Qur’an menguatkan pendapat yang ke-4.
Istilah yang
berkaitan dengan naskh adalah naasikh (الناسخ) dan mansuukh (المنسوخ). Naasikh
dapat diartikan dengan “Allah ta’ala”, seperti firman-Nya pada surah al-Baqarah
ayat 106: ما ننسخ من ءاية;
dapat juga diartikan dengan “ayat atau sesuatu yang dengannya naskh diketahui”,
seperti dikatakan هذه الآية ناسخة لآية كذا; bisa juga diartikan dengan “hukum yang
menghapuskan” hukum yang lain. Sedangkan mansuukh adalah hukum yang
dihapuskan (الحكم المرتفع).
Gambar : Pixabay |
Syarat-Syarat Naskh
1. Hukum
yang mansuukh adalah hukum syara’ (أن يكون الحكم المنسوخ شرعيا).
2. Dalil
penghapusan hukum tersebut adalah khithab syar’i yang datang lebih
kemudian dari khithab yang hukumnya mansuukh (أن يكون
الدليل على ارتفاع الحكم خطابا شرعيا متراخيا عن الخطاب المنسوخ حكمه).
3. Khithab
yang mansuukh hukumnya tidak terikat (dibatasi) dengan waktu tertentu.
Sebab jika tidak demikian maka hukum akan berakhir dengan berakhirnya waktu
tersebut, dan itu tidak dinamakan naskh (ألا يكون الخطاب المرفوع حكمه مقيدا
بوقت معين.
وإلا فالحكم
ينتهي بانتهاء وقته ولا يعد هذا نسخا).
Ruang Lingkup Naskh
Naskh hanya
terjadi pada perintah (الأوامر)
dan larangan (النواهي),
baik yang diungkapkan dengan jelas (صريحة) maupun yang diungkapkan dengan kalimat
berita (بلفظ الخبر)
yang bermakna perintah atau larangan. Naskh tidak terjadi pada hal-hal
yang berhubungan dengan ‘aqidah, adab dan akhlaq, serta pokok-pokok ‘ibadah dan
mu’amalah. Naskh juga tidak terjadi pada berita yang jelas tidak
bermakna thalab (tuntutan; perintah atau larangan), seperti janji (الوعد) dan
ancaman (الوعيد).
Pembagian Naskh
Naskh ada empat
bagian:
1. Naskh al-Qur’an
dengan al-Qur’an (نسخ القرآن بالقرآن). Bagian ini disepakati kebolehannya.
Misalnya tentang hukum ‘iddah. Surah al-Baqarah ayat 240 yang berbunyi:
والذين
يتوفون منكم ويذرون أزوجا وصية لأزوجهم متعا إلى الحول غير إخراج
والذين
يتوفون منكم ويذرون أزوجا يتربصن بأنفسهن أربعة أشهر وعشرا
Artinya:
“Dan orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian dan meninggalkan istri,
hendaklah para istri itu menangguhkan dirinya ber-‘iddah empat bulan
sepuluh hari.”
2.
Naskh al-Qur’an dengan as-Sunnah (نسخ القرآن بالسنة). Naskh
ini terbagi lagi menjadi dua macam: Pertama, naskh al-Qur’an
dengan Hadits Ahad (نسخ القرآن بالسنة الآحادية). Mayoritas ‘ulama berpendapat al-Qur’an
tidak boleh di-naskh oleh Hadits Ahad, sebab al-Qur’an mutawatir dan
menunjukkan keyakinan (يفيد اليقين)
sedangkan Hadits Ahad hanya bersifat dugaan (مظنون). Tidak sah menghapus sesuatu yang jelas
diketahui (المعلوم)
dengan yang masih dugaan (المظنون).
Kedua, naskh
al-Qur’an dengan Hadits Mutawatir (نسخ القرآن بالسنة المتواترة). Naskh
seperti ini dibolehkan oleh Malik, Abu Hanifah dan Ahmad dalam salah satu
riwayat, dengan alasan keduanya adalah wahyu. Sedangkan asy-Syafi’i, kalangan
Zhahiriyah dan Ahmad dalam riwayat yang lain menolak naskh seperti ini,
berdasarkan firman Allah ta’ala pada surah al-Baqarah ayat 106:
ما ننسخ من
ءاية أو ننسها نأت بخير منها أو مثلها
Dan hadits
tidak lebih baik atau sebanding dengan al-Qur’an.
3.
Naskh as-Sunnah dengan al-Qur’an (نسخ السنة بالقرآن). Naskh
seperti ini dibolehkan oleh jumhur (mayoritas) ‘ulama. Misalnya hukum
kiblat menghadap ke Baitul Maqdis yang ditetapkan oleh as-Sunnah di-naskh
oleh al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 144 yang menetapkan kiblat menghadap ke
arah Masjidil Haram. Walaupun dibolehkan oleh jumhur, asy-Syafi’i dalam
salah satu riwayat menolak naskh seperti ini. Menurut beliau, apa saja
yang ditetapkan as-Sunnah tentu didukung al-Qur’an, dan apa saja yang
ditetapkan al-Qur’an tentu didukung oleh as-Sunnah. Hal ini karena antara
al-Qur’an dan as-Sunnah harus senantiasa sejalan dan tidak bertentangan.
4. Naskh
as-Sunnah dengan as-Sunnah (نسخ السنة بالسنة). Naskh ini terbagi menjadi empat
macam: (a) naskh mutawatir dengan mutawatir (نسخ متواترة بمتواترة); (b) naskh
ahad dengan ahad (نسخ آحاد بآحاد); (c) naskh ahad dengan mutawatir (نسخ آحاد
بمتواترة);
dan (d) naskh mutawatir dengan ahad (نسخ متواترة بآحاد). Tiga yang
pertama dibolehkan, sedangkan yang ke-4 terjadi perbedaan pendapat seperti
halnya naskh al-Qur’an dengan Hadits Ahad, yang tidak dibolehkan oleh
mayoritas ‘ulama.
Adapun me-naskh
ijma’ dengan ijma’ dan qiyas dengan qiyas atau me-naskh dengan
keduanya, pendapat yang shahih adalah yang tidak membolehkannya. Wallahu
a’lam.
0 Response to "Makalah Nasikh Wal Mansukh"
Post a Comment