Makalah I’jazul Qur’an
Kata i’jaz diambil dari akar kata a’jaza-yu’jizu yang secara
harfiyah(bahasa) berarti lemah,tidak mampu,tidak berdaya. Yang dimaksud i’jaz
dalam pembicaraan ini ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya
sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan orang arab untuk
menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur’an. Dan kelemahan
generasi-generasi sesudah mereka.
Adapun Manna Al Qatthan mendefinisikan dengan hal serupa yaitu “amrun
khariqun lil’addah maqrunun bit tahaddiy salimun anil mu’aradhah”yaitu
suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan,disertai dengan unsur tantangan,dan
tidak dapat ditandingi.
Sedangkan Al-Thushi mendefinisikan mu’jizat dengan terjadinya sesuatu yang
tidak bisa terjadi yang disertai dengan pemberontakan terhadap adat
kebiasaan dan hal itu sesuai dengan tuntutan. Pengertian ini adalah pengertian
mu’jizat dari segi istilah sebagaimana yang diugkapkan Az zarqani,mu’jizat
adalah sesuatu yang membuat manusia tidak mampu baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama,untuk mendatangkan yang seperti itu,dan pengertian mu’jizat
menurut Dr.Tantowi ialah ilmu yang membahas tentang keunggulan Al-Qur’an dan
menyikap ilmu yang ada di dalamya yang dapat diungkap oleh ilmu pengetahuan di
era modern.
Sedangkan kalimat I’jazul Qur’an itu seniri merupakan bentuk idhafah,menurut Imam Zarqani “I’jazul Qur’an secara bahasa berarti di tetapkannya Al Qur’an itu melemahkan bagi yang akan menandinginya. Adapun pengertian mu’jizat menurut theology (mutakallimin) adalah munculnya sesuatu hal yang berbeda dengan kebiasaan yang terjadi di dunia (khariqun adah) untuk menunjukkan kebenaran kenabian (nubuwwah) para ulama
Gambar : Pixabay |
2.
Sejarah Perkembangan I’jazul Qur’an
Ada ulama
yang berpendapat, orang yang pertama kali menulis I’jazul Quran ialah Abu
Ubaidah (wafat 208 H) dalam kitab Majazul Quran. Lalu disusul oleh
Al-farra (wafat 207 H) yang menulis kitab Ma’anil Quran. Kemudian
disusul Ibnu Quthaibah yang mengarang kitab Ta’wilu Musykikil Qur’an
Pernyataan
terebut dibantah Abdul Qohir Al-Jurjany dalam kitabnya Dalailul I’jaz, bahwa
semua kitab tersebut di atas bukan ilmu I’jazul Qur’an, melainkan sesuai dengan
nama judul-judulnya itu.
Menurut Dr.
Subhi Ash-sholeh dalam kitabnya Mabahis fi Ulumil Qur’an, bahwa orang yang
pertama kali membicarakan ijazul Qur’an adalah imam Al-jahidh (wafat 255 H),
ditulis dalam kitab Nuzhumul Qur’an, hal ini seperti diisyaratkan dlam
kitabnya yang lain, Al Hayyam. Lalu disusul muhammad bin Zaid Al-wasithy (wafat
306 H) dalam kitab I’jazul Qur’an yang banyak mengutip isi kitab Al-jahidh
tersebut di atas. Kmudian dilanjutkan Imam Arrumany (wafat 384 H). Dalam kitab
Al-i’jaz yang isinya mengupas segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an. Lalu disusul
oleh Al-Qadhy Abu bakar Al-baqillany (wafat 403 H) dalam kitab I’jazul Qur’an ,
yang isinya mengupas segi-segi kebhalagahan Alquran, di samping segi-segi
kemukjizatanya. Kitab ini sangat populer. Kemudian disusul Abdul Qohir
Al-jurjany (wafat 471 H) dalam kitab Dala’alul i’jaz dan Asrarul
Balaghah.
Para
pujangga modern seperti Musthofa Shodiq Ar-Rofi’y menulis tentang ilmu ini
dalam kitab Tarikhul Adabil Arabi dan prof. Dr. Sayyid Quthub dalam buku At-tashwirul
fanni fil qur’an dan At-ta’birul fanni fil Qur’an[2]
3.
Tujuan dan Fungsi I’jazul Qur’an
Tujuan ijazul qur’an
a.
membuktikan
bahwa Nabi Muhammad SAW yang membawa mukjizat kitab Al-Qur’an itu adalah
benar-benar seorang Nabi atau Rasul Allah. Beliau diutus untuk menyampaikan
ajaran-ajaran Allah SWT kepada umat manusia dan untuk mencanangkan tantangan
supaya menandingi Al-Qur’an kepada mereka yang ingkar
b.
membuktikan
bahwa kitab Al-Qur’an adalah benar-benar wahyu Allah SWT, bukan buatan malaikat
Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad SAW. Sebab seandainya Al-Qur’an itu buat
Nabi Muhammad yang seorang ummi (tidak pandai menulis dan membaca), tentu
pujangga-pujangga Arab yang profesional,di mana mereka tidak hanya pandai
menulis danmembaca tetapi juga ahli dalamsastra, gramatikal bahasa arab, dan
balaghahnya akan bisa membuat seperti Al-Qur’an,sehingga jelaslah bahwa
Al-Qur’an itu bukan buatan manusia
c.
menunjukkan
kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasan manusia,karena terbukti pakar-pakar
pujangga sastra dan seni bahasa Arab tidak ada yang mempu mendatangkan kitab
tandingan yang sama seperti Al-Qur’an,yang telah ditantangkan kepada mereka
dalamberbagai tingkat dan bagian Al-Qur’an
d.
menunjukkan
kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan
keangkuhan dan kesombongannya[3]
Fungsi ijazul Qur’an
Al-Qur'an
adalah wahyu Allah SWT (QS: Al A’raaf:2) yang memiliki fungsi dan peran
sebagai:
1.
Mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw
2.
Pedoman hidup bagi setiap Muslim
3.
Korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya .
Al Quran
tidak diragukan lagi sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim. Di dalamnya
terdapat ayat-ayat yang mengajak pada kebajikan dan kebenaran, menuju hidup
yang lebih baik. Tidak hanya berisi tata cara berinteraksi dengan Sang
Pencipta, melainkan juga etika bermu’amalah dengan sesama manusia, maupun
dengan makhluk lainnya.. Ada kalanya penyebutan di Al Quran secara global saja,
dan Hadits Nabi Muhammad SAW berfungsi sebagai
penjelasnya.
Karena
diturunkan terakhir atau pamungkas, maka Al Quran berfungsi sebagai korektor
dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya. Sementara sebagai
mu’jizat Rasulullah Muhammad SAW, Al Quran sudah tidak ada tandingannya lagi,
bahkan jika seluruh makhluk bersekutu untuk membuat sebuah surat yang sama
dengan al Quran[4]
4.
Macam-macam
I’jazul Qur’an
Orang yang mengamati al-Qur’an
dengan cermat, mereka akan mengetahui bahwa al-Qur’an merupakan gudang berbagai
disiplin ilmu dan pengetahuan, baik ilmu-ilmu lama maupun ilmu-ilmu baru. Dalam
menjelaskan macam-macam I’jazil Qur’an ini-pun para ulama berbeda pendapat. Hal
ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing dari mereka. Setidaknya
ada beberapa poin I’jazul Qur’an, yaitu seperti berikut ini :
a.
I’jazul
Balaghi yaitu kemukjizatan segi sastra balaghahnya. Al-Qur’an adalah suatu
kitab yang sangat piawai dalam ilmu Balaghah. Sebab setiap kalimat yang ada
dalam Al-Qur’an dapat mewakili suatu makna dan maksud dari kalimat tersebut.
b.
I’jazut
Tasyri’i yaitu kemukjizatan segi pensyariatan ajarannya. Ajaran-ajarannya
yang selalu eksis dalam situasi dan kondisi apapun. Cara pensyariatannya yang
simpatik dan menarik tanpa ada pemaksaan.
c.
I’jazul Ilmi
yaitu kemukjizatan dalam segi ilmu pengetahuan. Jumlah ayat-ayat tentang ilmu
dalam Al-quran mencapai 750 ayat yang mencakup berbagai cabang ilmu pengetahuan
d. I’jaz di
bidang pemberitaannya tentang hal-hal yang ghaib. Ghaib di sini ada 4 yaitu:
· Ghaib
berita-berita zaman dahulu yang menceritakan tetang waktu terdahulu.
·
Ghaib tetang
masa datang, ghaib adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat atau diketahui oleh
manusia.
· Ghaib tetang kenyataan-kenyataan
ilmiah yang baru diketahui kebenarannya ribuan tahun setelah Al-Qur’an
diturunkan.
·
Ghaib tetang
kejadian-kejadian besar yang akan menimpa kaum muslim sepeninggal Rasulullah
SAW.
e.
I’jaz dari segala perubahan, segala
sesuatu yang ada di dunia ini mesti mengalami perubahan, harus tunduk pada
hukum dunia, mengalami usia usang, tetapi Al-Qur’an tidak pernah tunduk pada
hukum dunia, Al-Qur’an tidak pernah usang.
f.
I’jazul
Adadi, yaitu kemukjizatan bilangan-bilangan dalam Al-Qur’an. I’jaz ini baru
ditemukan. Misalnya, sholat wajib ada lima waktu., ternyata ketika di teliti
kalimat shalawat (jamak dari sholat) yang berkaitan dengan sholat wajib, di
jumpai bilangannya ada lima kalimat dalam al-Qur’an. Kemudian Sholat lima waktu
ini ada 17 rekaat, Abu Zahra meneliti kalimat fardhu ini di dalam Al-Qur’an,
dan semua kalimat fardhu dengan berbagai derajatnya berjumlah 17 kalimat. Lalu
kalimat qasr (memendekkan bilangan rekaat dalam sholat ketika dalam
perjalanan), di sebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 11 kali, ternyata ketika
dihitung jumlah rekaat dalam sholat qasr sehari semalam, juga 11 rekaat, yaitu,
Zuhur 2, Ashar2, Magrib 3, Isya’ 2, dan Subuh2. Kalimat tawaf, tercatat dalam
Al-Qur’an ada tujuh kalimat. Itu adalah sebagian dari mukjizat bilangan dala
Al-Qur’an.[5]
5.
Segi-segi I’jazul Qur’an dan Fungsinya
Untuk menentukan segi-segi I’jazul Qur’an, para ulama berbeda pendapat antara lain:
a.
Syekh Abu Bakar Al-Baqillany, dalam kitab I’jazil Qur’an mengatakan
Al-Qur’an menjadi mukjizat itu karena 3 kemukjizatan,yaitu
1)
Di dalam Al-Quran itu ada cerita mengenai hal-hal ghaib
2)
Di dalam Al-Quran itu ada cerita umat terdahulu beserta para
Nabinya,padahal Rasulullah SAW adalah seorang ummi
3)
Di dalam Al-Quran terdapat susunan indah yang terdiri dari 10 segi: Ijaz,
tasybih, isti’arah, talaum, jawashil, tajamus, tasyrif, tadhim, mubalaghah, dan
husnul bayan.
b.
Al-Qadhi Iyad Al-Basty dalam buku asy-syifa’u bi ta’rifi huquqil
musthafa,mengatakan segi-segi kemukjizatan Al-Quran itu ada 4,yaitu:
1)
Susunannya yang indah
2)
Uslubnya yang lain dari pada yang lain
3)
Adanya berita ghaib yang belum terjadi,tetapi betul-betul terjadi
4)
Adanya berita ghaib masa lalu dan syariat tedahulu yang jelas dan benar
c.
Imam Al-Qurthuby dalam tafsir al-jami’u ahkamil quran mengatakan segi-segi
kemukjizatan yaitu:
1)
Susunanya yang indah
2)
Uslubnya berbeda dengan seluruh uslub bahas Arab
3)
Isi aturan halal haram
4)
Pengaturan bahasa yang utuh-bulat
5)
Adanya berita mengenai peristiwa kejadian-kejadian dunia yang belum
terdengar[6]
Ada juga yang menyebutkan segi-segi i’jazul Qur’an yaitu :
Gaya bahasa
Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang arab pada saat itu merasa kagum dan
terpesona. Al-Qur’an secara tegas menetang. Semua sastrawan para orator arab
untuk menandingi ketinggian Al-Qur’an baik bahasa maupun susunanya.
Setiap kali mereka mencoba menandingi, mereka mengalami kesulitan dan kegagalan
dan bahkan mendapat cemohan dari masyarakat.
Diantara pendusta dan musyrik arab pada saat itu berusaha untuk menandingi
ialah Musailimah Kadzdzab dan tokoh-tokoh masyarakat arab lain pada waktu itu
yang ingin menandingi kalam Allah itu, namun selalu mengalami kegagalan.
Hukum Illahi yang
Sempurna
Al-Qur’an pokok aqidah , norma-norma keutamaan, sopan santun,undang-undan,
ekonomi, politik, sosial dan kemasyarakatan,serta hukum-hukum ibadah.apabila
kita memperhatikan pokok-pokok ibadah, kita akan memperoleh kenyataan bahwa
islam telah memperluasnya dan menganekaragamkan serta meramunya menjadi ibadah
amaliah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga yang berupa ibadah amaliah
sekaligus ibadah badaniah, seperti berjuang di jalan Allah.
Tentang aqidah Al-Qur’an mengajak umat manusia pada aqidah yang suci dan
tinggi yakni beriman kepada Allah yang maha agung, menyatakan adanya nabi dan
rasul serta mempercayai kitab samawi.
Dalam bidang undang-undang, Al-Qur’an telah menetapkan kaidah-kaidah
mengenai perdata,pidana,politik, dan ekonomi. Adapun mengenai hubungan
internasional, Al-Qur’an telah menetapkan dasar-dasar yang paling sempurna dan
adil, baik dalam keadaan damai maupun terang.[7]
Berisi beberapa ilmu
pengetahuan
Dalam Al-Quran banyak berisi benih dari cabang-cabang ilmu pengetahuan,
Al-Quran itu seolah-olah bagaikan gudang yang penuh berbagai pengetahuan dalam
berbagai segi kehidupan manusia
Disamping itu, di dalamnya juga penuh bibit ilmu dan acuan di bidang
syariat,muamalah,jinayah,dan sebagainya.
6.
Pendapat para ulama tentang kemukjizatan Al-Qur’an
a. Az-Zarksy
Kemukjizatan Al-Quran disepakati seluruh ulama, perbedaanya hanya terletak
pada bentuk dari mukjizat Al-Quran itu seperti susunan bahasanya,berita
ghaib,kisah-kisah masa lampau,isi hatiorang,maknanya yang dalam,puncak
kefasihan, memiliki balaghah yang tidak seorang Arab pun mampu
menyamainya.keseluruhan kelebihan itulah yang menjadikan Al-Quran itu sebagai
mukjizat
b.
Az-Zarqani
Kemukjizatan Al-Quran terletak pada bahasanya,keutuhan susunannya, sehingga
setiap surat meskipun ayat-ayatnya turun secara berangsur-angsur atau sekaligus
terasa kokoh ikatannya,berisi ilmu pengetahuan, memenuhi kebutuhan manusia
seperti perbaikan aqidah,akhlaq,ibadah.peran wanita,politik, ekonomi,dan
sebagainya. Sikapnya terhadap ayat qauniyah bisa berupa dorongan untuk bisa
menimbulkan kesadaran keagungan Allah,pemberitaan yang ghaib
c.
Subhi ash-Shalih
Al-Quran berisi ushlub yang serasi, kaya dengan irama dan alunan musik[8]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ijazul
Qur’an ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang
Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya
yang abadi, yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka dan
mukjizat adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari
perlawanan.
Dan
Al-Qur’an al-Karim digunakan Nabi untuk menantang orang-orang Arab tetapi
mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi tingkat
fasahah dan balaghahnya. Hal ini tiada lain karena Al-Qur’an adalah mukjizat.
Mukjizat adalah suatu hal yang luar
biasa yang dianugrahkan oleh Allah kepada Nabi/ Rasul-Nya untuk membuktikan
kebenaran kenabian atau kerasulannya.
I’jazul
Qur’an mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1.
Untuk
membuktikan kerasulan Nabi Muhammad SAW
2.
Untuk
membuktikan bahwa kitab suci Al-Qu’an benar-banar wahyu dari Allah.
3.
Untuk
menunjukkan balaghah bahasa manusia.
4.
Untuk
menunjukkan kelemaan daya upaya dan rekayasa manusia
Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT
(QS: Al A’raaf:2) yang memiliki fungsi dan peran sebagai:
1.
Mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw
2.
Pedoman hidup bagi setiap Muslim
3.
Korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang
sebelumnya
Mukjizat
yang diberikan kepada Nabi Muhammad dan nabi-nabi yang lain ada dua jenis,
yaitu Hissi dan Maknawi.
0 Response to "Makalah I’jazul Qur’an"
Post a Comment