Kisah Nabi Khidir Part 3 (Mengungkap Hikmah Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir)

Mengungkap Hikmah Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir

Memang ada beberapa pro dan kontra mengenai sosok seorang Khidir, sebagian ulama' berpendapat bahwa Khidir adalah seorang Nabi, sebagian lagi mengatakan bahwa Khidir bukanlah Nabi, tapi hanya seorang lelaki sholih.

Namun, perbedaan pendapat para ulama' ini tidak seyogyanya untuk diperdebatkan lebih dalam, karena hal yang terpenting adalah kita bisa mengambil hikmah dan suri tauladan tentang kisah beliau ketika bersama dengan Nabi Musa, seperti yang saya tulis dibawah ini.

Pict : Unsplash

Adab dalam menuntut ilmu

قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
Musa berkata kepada Khidir: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (QS: Al-Kahfi Ayat: 66)

Pada ayat diatas menunjukkan kepada kita bagaimana adab seorang murid terhadap calon gurunya. Ketika memohon untuk berguru, Nabi Musa menggunakan kalimat memohon ijin dengan merendahkan dirinya.

Padahal Nabi Musa adalah Nabi pilihan yang pernah bercakap-cakap secara langsung dengan Allah SWT. Namanya pun disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 300 kali. Kalimat selanjutnya pun tidak kalah halus dan menujukkan jauhnya sifat kesombongan.

Nabi Musa mengatakan “ Supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar..” Nabi Musa menyadari bahwa di atas ilmunya masih ada orang lain yang jauh lebih berilmu. Berbeda dengan kebanyakan orang saat ini yang merasa bahwa dirinyalah yang berilmu paling dalam dibanding yang lain. Sehingga ketika ada seseorang yang mengingatkan akan kesalahannya, dia tidak mau menerimanya.

Kesabaran dan Istiqomah

Hikmah lain yang dapat kita petik adalah bahwa ilmu harus dicari dengan istiqomah dan sabar.Walaupun jarak kita dengan sumber ilmu terpaut ratusan kilometer. Hal ini banyak dipraktekkan oleh generasi awal dari sahabat rasul. Mereka rela menempuh jarak yang begitu jauh hanya untuk belajar satu hadits.

Berbeda dengan kondisi para penuntut ilmu zaman sekarang dimana mereka tidak sabar dan tergesa-gesa dalam menyelesaikan proses belajarnya. Hal ini didorong oleh rasa bosan dan jenuh dalam belajar. Mereka tidak meneladani sikap gigih Nabi Musa yang walaupun sudah ditegur sedemikian rupa oleh sang guru, tidak membuatnya menyerah dalam berguru pada Nabi Khidir.

قَالَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِىَ صَبْرًا
Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku (QS: Al-Kahfi Ayat: 67)

Menepati janji dan meminta maaf jika khilaf

Salah satu syarat yang diajukan Nabi Khidir pada nabi Musa jika ingin diangkat menjadi murid adalah keharusan untuk bersabar dalam menuntut ilmu. Namun di perjalanan,banyak perbuatan aneh Nabi Khidir yang membuat Nabi Musa tidak sabar untuk memprotesnya. Nabi Khidir pun mengingatkan Nabi Musa akan perjanjian awal, maka dari itu Nabi Musa pun segera meminta maaf dan menyadari kesalahannya.

Kisah ini menunjukkan tentang sifat mulia yang dimiliki oleh Nabi Musa, yaitu dengan segera meminta maaf setelah menyadari kesalahannya. Sedangkan murid-murid sekarang malah sakit hati dan menyimpan dendam ketika kesalahannya ditegur sang guru.

Husnudzon

Perbuatan Nabi Khidir yang membocorkan perahu nelayan miskin, lalu membunuh seorang anak muda adalah perbuatan yang secara akal sehat dan syariat merupakan amal buruk yang sangat jahat sehingga memicu protes dari Nabi Musa. Namun di akhir ayat diterangkan hikmah-hikmah alasan dari perbuatan Nabi Khidir yang teryata penuh dengan kemaslahatan.

أَمَّا ٱلسَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَٰكِينَ يَعْمَلُونَ فِى ٱلْبَحْرِ فَأَرَدتُّ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَآءَهُم مَّلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا
Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera (QS: Al-Kahfi Ayat: 79)

Nabi Khidir melubangi perahu nelayan miskin agar nelayan tersebut tidak bisa berlayar. Hal ini dilakukan demi untuk menyelamatkan perahu tersebut dari rampasan raja dzalim yang sudah berada di hadapannya.

Sedangkan hikmah dari perbuatan Nabi Khidir yang membunuh seorang anak muda adalah menghalangi terjadinya madhorot di kemudian hari jika pemuda ini dibiarkan hidup. Yakni anak muda tersebut nantinya akan memaksa kedua orang tuanya yang mukmin untuk beralih pada kesesatan dan kekafiran. Dengan dibunuhnya anak tersebut, Allah akan memberikan anak yang lebih sholih yang bisa menyayangi kedua orangtuanya.

وَأَمَّا ٱلْغُلَٰمُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَآ أَن يُرْهِقَهُمَا طُغْيَٰنًا وَكُفْرًا
Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran (QS: Al-Kahfi Ayat: 80)

فَأَرَدْنَآ أَن يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِّنْهُ زَكَوٰةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا
Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya) (QS: Al-Kahfi Ayat: 81).

____________________________________

Teguran Allah Swt kepada Musa As

Kisah Nabi Musa A.s dan Nabi Khiḍir A.s dituturkan oleh Al-Qur’an dalam Surah Al-Kahfi ayat 65-82. Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab menceritakan bahwa beliau mendengar nabi Muhammad Saw bersabda:

“Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu beliau ditanya, “Siapakah orang yang paling berilmu?”

Jawab Nabi Musa A.s, “Aku”
Lalu Allah Swt menegur Nabi Musa A.s dengan firman-Nya,
“Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu.”

Lantas Musa A.s pun bertanya, “Wahai Tuhanku, dimanakah aku dapat menemuinya?”
Allah Swt pun berfirman, “Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu.”

Sesungguhnya teguran Allah Swt itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa A.s untuk menemui hamba yang shaleh itu. Di samping itu, Nabi Musa A.s juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah tersebut.

Nabi Musa A.s kemudiannya menunaikan perintah Allah Swt itu dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama-sama pembantunya yang juga merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin Nun.

Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup jauh. Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah Swt membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya` tertegun memperhatikan kebesaran Allah Swt menghidupkan semula ikan yang telah mati itu.

Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya’ tertidur dan ketika terjaga, beliau lupa untuk menceritakannya kepada Nabi Musa A.s Mereka kemudiannya meneruskan lagi perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya.

Ibn Abbas berkata, “Nabi Musa sebenarnya tidak merasa letih sehingga baginda melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah supaya menemui hamba-Nya yang lebih berilmu itu.” Yusya’ berkata kepada Nabi Musa A.s,

“Tahukah guru bahwa ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk kedalam laut itu dengan cara yang amat aneh.” (Surah Al-Kahfi : 63)

Musa segera teringat sesuatu, bahwa mereka sebenarnya sudah menemukan tempat pertemuan dengan hamba Allah yang sedang dicarinya tersebut. Kini, kedua-dua mereka berbalik arah untuk kembali ke tempat tersebut yaitu di batu yang menjadi tempat persinggahan mereka sebelumnya, tempat bertemunya dua buah lautan.

Musa berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Surah Al-Kahfi : 64)

Terdapat banyak pendapat tentang tempat pertemuan Musa dengan Khidir. Ada yang mengatakan bahwa tempat tersebut adalah pertemuan Laut Romawi dengan Parsia yaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Pendapat yang lain mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut Roma dengan Lautan Atlantik. Di samping itu, ada juga yang mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad yaitu antara Teluk Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah.

Setibanya mereka di tempat yang dituju, mereka melihat seorang hamba Allah yang berjubah putih bersih. Nabi Musa A.s pun mengucapkan salam kepadanya. Nabi Khidir A.s menjawab salamnya dan bertanya, “Dari mana datangnya kesejahteraan di bumi yang tidak mempunyai kesejahteraan? Siapakah kamu” Jawab Musa, “Aku adalah Musa.”

Nabi Khidir A.s bertanya lagi, “Musa dari Bani Isra’il?”
Nabi Musa A.s menjawab, “Ya. Aku datang menemui Tuan supaya Tuan dapat mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada Tuan.”

Nabi Khidir A.s menegaskan, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersama-samaku.” (Surah Al-Kahfi : 67)

“Wahai Musa, sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini ialah sebagian daripada ilmu karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu wahai Musa. Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak kuketahuinya.”

Nabi Musa berkata, “Insya Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentang tuan dalam sesuatu urusan pun.” (Surah Al-Kahfi : 69)

Dia (Khidir) selanjutnya mengingatkan, “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menerangkannya kepadamu.” (Surah Al-Kahfi : 70)

Nabi Musa A.s mengikuti Nabi Khidir A.s dan terjadilah, peristiwa yang menguji diri Musa yang telah berjanji bahwa Nabi Musa A.s tidak akan bertanya mengenai sesuatu tindakan Nabi Khidir A.s. Setiap tindakan Nabi Khidir A.s itu dianggap aneh dan membuat Nabi Musa A.s terperanjat.

Peristiwa ketika Nabi Khidir A.s menghancurkan perahu yang mereka ditumpangi . Nabi Musa A.s bertanya kepada Nabi Khidir A.s.

Nabi Khidir A.s mengingatkan akan janji Nabi Musa A.s, dan Nabi Musa A.s meminta maaf karena lalai mengingkari janji untuk tidak bertanya mengenai tindakan Nabi Khidir A.s.

Ketika mereka tiba di suatu daratan, Nabi Khidir A.s membunuh bocah yang sedang bermain dengan teman sebayanya. Dan lagi-lagi Nabi Musa A.s bertanya kepada Nabi Khidir A.s.

Nabi Khidir A.s kembali mengingatkan janji Nabi Musa A.s, dan beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap yang dilakukan oleh Nabi Khidir A.s, jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa A.s harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir A.s.

Mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu Perkampungan. Sikap penduduk Kampung itu tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa A.s merasa kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidir A.s malah menyuruh Nabi Musa A.s untuk memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak . Nabi Musa A.s tidak kuasa untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir A.s ini.

Akhirnya Nabi Khidir A.s menegaskan pada Nabi Musa A.s bahwa beliau tidak dapat menerima Nabi Musa A.s untuk menjadi muridnya dan Nabi Musa A.s tidak diperkenankan untuk terus melanjutkan bersama dengan Nabi Khidir A.s.

Nabi Khidir A.s menguraikan mengapa beliau melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa A.s bertanya.

0 Response to "Kisah Nabi Khidir Part 3 (Mengungkap Hikmah Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel