Kisah Adzan Terakhir Bilal bin Rabah (Adzan Yang Tak Pernah Terselesaikan)

Kisah Menakjubkan

KUMANDANG CINTA
YANG TERAKHIR...

Kisah Adzan Terakhir Bilal bin Rabah
(Adzan Yang Tak Pernah Terselesaikan)




Bilal bin Rabah adalah seorang budak
berkulit hitam dari Habsyah yang masuk
Islam ketika masih diperbudak. Setelah
majikannya mengetahui bahwa Bilal masuk
Islam, maka Bilal disiksa terus menerus
setiap harinya, guna mengembalikan
keyakinannya agar tidak memeluk Islam.

Bilal yang memiliki postur kurus dan tinggi
dengan rambut yang tebal bukanlah berasal
dari kalangan bangsawan. Pada saat itu,
Abu Bakar yang membeli Bilal saat masih
berstatus budak dan membebaskannya.

Saat Rasulullah SAW hijrah menuju Madinah, Bilal senantiasa menemani dan
menjaga Rasullulah kemana pun juga.
Bilal kemudian dipilih oleh Rasulullah SAW
menjadi muadzin atau orang pertama
yang mengumandangkan adzan. Dari Zaid
bin Arqam, Rasulullah SAW bersabda,
"lya, orang itu adalah Bilal, pemuka para
muadzin dan tidaklah mengikutinya kecualĂ­
para muadzin. Para muadzin adalah
orang-orang yang panjang lehernya di hari
kiamat." Bilal dipilih menjadi muadzin
pertama karena Bilal memiliki suara yang
indah dan keras.

Tak hanya menjadi muadzin pertama, Bilal
pun mempunyai kedudukan yang istimewa
di sisi Rasulullah SAW. Bahkan suara
langkah kaki Bilal pun terdengar hingga ke
surga. Saat itu, Rasulullah SAW mendengar suara sandal Bilal saat Rasulullah SAW
berada di surga pada malam Isra Mi'raj.

Dikisahkan bahwa selepas salat subuh
berjamaah, Rasulullah SAW memanggil
Bilal dan bertanya, "Katakanlah kepadaku,
apa amalanmu yang paling besar pahalanya
yang kamu kerjakan dalam Islam? Karena
sesungguhnya aku mendengar hentakkan
sandalmu di surga" Kemudian Bilal
pun menjawab, "Setiap aku berwudhu,
kapanpun itu, baik siang maupun malam,
aku selalu melakukan salat dengan wudhu
tersebut.

dari Abu Hurairah RA, beliau RA
mengatakan, "Rasulullah SAW bersabda
kepada Bilal setelah menunaikan salat
subuh, Wahai Bilal, beritahukanlah
kepadaku tentang perbuatan-perbuatanmu
yang paling engkau harapkan manfaatnya
dalam Islam. Karena sesungguhnya tadi
malam aku mendengar suara terompahmu
di depanku di surga. Bilal RA menjawab,
Tidak ada satu perbuatan pun yang
pernah aku lakukan, yang lebih kuharapkan
manfaatnya dalam Islam dibandingkan
dengan (harapanku terhadap) perbuatanku
yang senantiasa melakukan salat (sunah)
yang mampu aku lakukan setiap selesai
bersuci (wudhu) dengan sempurna di waktu
siang ataupun malam." (HR. Muslim)

Pada bulan Dzul Qa'dah tahun 10 H, mulailah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mempersiapkan diri untuk menunaikan
haji yang pertama sekaligus yang terakhir
dalam kehidupan beliau. Yang kemudian
dicatat sejarah dengan istilah haji wada.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menyeru kaum muslimin dari berebagai
kabilah untuk menunaikan ibadah haji
bersamanya. Diriwayatkan, jamaah haji
pada tahun itu berjumlah lebih dari 100.000
orang bahkan lebih. Setelah menunaikan
haji wada' ( perpisahan) kondisi kesehatan
Nabi mulai memburuk. Nabi Muhammad
SAW wafat pada hari Senin tanggal 12
Rabiul Awal, tahun 11 H atau 8 Juni 632 M.
Nabi Muhammad SAW meninggal dunia di
usia 63 tahun, lebih 4 hari.

Saat jasad Rasulullah SAW menjelang
dimakamkan, Bilal bin Rabah berdiri untuk
mengumandangkan azan. Tiba di lafazh
asyhadu anna Muhammad rasuulullah (Aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan
Allah), suaranya terbata-bata. Sebuah
riwayat menyebutkan, Bilal bin Rabah
semenjak wafatnya Rasulullah SAW hanya
dapat melakukan azan tiga hari. Sebab,
setiap sampai pada lafazh "Aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah utusan Allah", ia
selalu tersungkur dan menangis, Semenjak
itulah Bilal menyatakan diri tidak akan
mengumandangkan adzan lagi.

Ketika Khalifah Abu Bakar Ra. memintanya
untuk jadi mu'adzin kembali, dengan hati
pilu nan sendu bilal berkata: "Biarkan aku
jadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada,
maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi". Abu Bakar terus mendesaknya, dan Bilal
pun bertanya: "Dahulu, ketika engkau
membebaskanku dari siksaan Umayyah bin
Khalaf. Apakah engkau membebaskanmu
karena dirimu apa karena Allah?."
Abu Bakar hanya terdiam. "Jika engkau
membebaskanku karena dirimu, maka
aku bersedia jadi muadzinmu. Tetapi jika
engkau dulu membebaskanku karena Allah,
maka biarkan aku dengan keputusanku
Dan Abu Bakar pun tak bisa lagi mendesak
Bilal untuk kembali mengumandangkan
adzan.

Kesedihan sebab ditinggal wafat Nabi
Muhammad SAW, terus mengendap
di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang
mendorongnya meninggalkan Madinah, dia
ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam,
dan kemudian tinggal di Homs, Syria. Lama Bilal tak mengunjungi Madinah, sampai
pada suatu malam, Nabi Muhammad SAW.
hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya:
"Ya Bilal, wa maa hadzal jafa'? Hai Bilal,
kenapa engkau tak mengunjungiku?
Kenapa sampai begini?" Bilal pun bangun
terperanjat, segera dia mempersiapkan
perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada
Nabi Muhammad SAW. Sekian tahun sudah
dia meninggalkan Madinnah.

Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan
melepas rasa rindunya pada Nabi
Muhammad SAW, pada sang kekasih.
Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak
dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah
cucunya Nabi Muhammad SAW, Hasan dan
Husein. Sembari mata sembab oleh tangis,
Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi Saw. Salah satu dari keduanya
berkata kepada Bilal: "Paman, maukah
engkau sekali saja mengumandangkan
adzan buat kami? Kami ingin mengenang
kakek kami" Ketika itu, Umar bin Khattab
yang telah jadi Khalifah juga sedang
melihat pemandangan mengharukan itu,
dan beliau juga memohon Bilal untuk
mengumandangkan adzan, meski sekali
saja.

Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat
waktu shalat tiba, dia naik pada tempat
dahulu biasa dia adzan pada masa Nabi
Muhammad SAW masih hidup. Mulailah
dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz
"Allahu Akbar" dikumandangkan olehnya,
mendadak seluruh Madinah senyap, segala
aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang
telah bertahun-tahun hilang, suara yang
mengingatkan pada sosok nan agung, suara
yang begitu dirindukan, itu telah kembali.
Ketika Bilal meneriakkan kata "Asyhadu
an laa ilaha illallah', seluruh isi kota
madinah berlarian ke arah suara itu sembari
berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan
mereka pun keluar.

Dan saat bilal mengumandangkan "Asyhadu
anna Muhammadan Rasulullah", Madinah
pecah oleh tangisan dan ratapan yang
sangat memilukan. Semua menangis,
teringat masa-masa indah bersama
Nabi. Umar bin Khattab yang paling keras
tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak
sanggup meneruskan adzannya. Lidahnya
tercekat oleh air mata yang berderai.

Hari itu, madinah mengenang masa saat
masih ada Nabi Saw. Tak ada pribadi
agung yang begitu dicintai seperti Nabi
Saw. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa
dirampungkan itu, adalah adzan pertama
sekaligus adzan terakhirnya Bilal Ra.
semenjak Nabi Saw. wafat. Dia tak pernah
bersedia lagi mengumandangkan adzan.
Sebab kesedihan yang sangat segera
mencabik-cabik hatinya mengenang
seseorang yang karenanya dirinya
derajatnya terangkat begitu tinggi.

Jika hati sobat terketuk ketika membaca
kisah ini maka di hati sobat juga
menyayangi Nabi muhammad SAW,
semoga kita kelak dapat bertemu dengan
Nabi di akhirat sebagai umat beliau.

0 Response to "Kisah Adzan Terakhir Bilal bin Rabah (Adzan Yang Tak Pernah Terselesaikan)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel