Makalah Al-Qashash Al-Qur’an
1. Pengertian Qashash Al-Qur’an
Imam Ar-Raghib al-ishfahani mengatakan dalam kitab Mufradatnya (al-mufradat fi gharib Al-Qur’an – penj.) tentang kata ini (qashash), “Al-qashashu” berarti mengikuti jejak. Dikatakan qashashtu atsarahu berarti saya mengikuti jejaknya.([1])
Lafadz ini pada kamus An-Nur قص-يقص-قصاصا maka memiliki arti menceritakan kabarnya. Sedangkan yang diarahkan oleh pemakalah adalah bahwa definisi Qashash Al-qur’an adalah khabar-khabar Al-Qur’an tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, peristiwa-peristiwa terjadi
Al-Qur’an selalu menggunakan terminologi qashash untuk menunjukkan bahwa kisah yang disampaikan itu benar dan tidak mengandung kemungkinan salah atau dusta. Sementara cerita-cerita lain yang mengandung kemungkinan salah dan benar biasanya bentuk jamaknya diungkapkan dengan istilah qishash.
Source : Pixabay.com |
2. Macam-macam Qashash Al-Qur’an
1. Dari segi waktu
2. Dari Segi Materi
• Kisah tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lampau ang tidak dapat di pastikan kenabiannya. Contohnya: Kisah tentang Luqman, Kisah tentang Ashabul kahfi, Kisah tentang Maryam.
• Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah. Contohnya: Kisah tentang Ababil, Kisah tentang Hijrahnya Nabi saw, Kisah tentang perang Badar dan Uhud yang di uraikan dalam Qur’an surat Ali Imran, Kisah tentang perang Hunain dan At-Tabuk dan lain sebagainya.
3. Fungsi dan urgensi dalam qashash al-qur’an
Adapun tujuan dari qashash Al-Qur’an, yaitu:
2. Menguatkan keimanan dan keyakinan juwa terhadap akidah islam dan mengobarkan semangat berkorban baik jiwa maupun raga di jalan Allah SWT. artinya, kisah juga dimaksudkan untuk membentuk sebuah jiwa yang militan.
3. Menumbuhkan kepercayaan diri dan ketentraman atau menghilangkan ketakutan dan kegelisahan.
4. Membuktikan kerasulan Muhammad saw dan wahyu yang diturunkan Allah kepadanya.
Adapun faedah-faedah dari qashash Al-Qur’an, yaitu:
2. Mengokohkan hati Rasul dan hati umat Muhammad dalam beragama dengan agama Allah dan menguatkan kepercayaan para mukmin tentang datangnya pertolongan Allah dan hancurnya kebatilan.
3. Mengabadikan usaha-usaha para Nabi-nabi dan pernyataan bahwa Nabi-nabi dahulu adalah benar.
4. Memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad saw. dalam dakwahnya dengan dapat menerangkan keadaan-keadaan umat yang telah lalu.
5. Menyingkap kebohongan ahlul kitab yang telah menyembunyikan isi kitab mereka yang masih murni.
6. Menarik perhatian mereka yang diberikan pelajaran.
4. Perbedaan Kisah dalam Al-Qur’an dengan Lainnya
Sebagai kitab suci, Al-Qur’an bukanlah kitab sejarah sehingga tidak adil jika Al-Qur’an dianggap sama hanya karena kisah-kisah yang ada didalamnya tidak dipaparkan secara gamblang. Akan tetapi, berbeda dengan cerita fiksi, kisah-kisah tidak didasarkan pada khayalan yang jauh dari realitas.
Melalui studi yang mendalam, diantara kisah Al-Qur’an dapat ditelusuri akar sejarahnya, misalnya situs-situs sejarah bangsa Iran yang diidentifikasikan sebagai bangsa ‘Ad dalam kisah Al-Qur’an, Al-Mu’tafikat yang diidentifikasikan sebagai kota-kota Palin, Sodom, Gomorah yang merupakan kota-kota wilayah Nabi Luth.
Kemudian berdasarkan penemuan-penemuan modern, mummi Ramses II disinyalir sebagai Fir’aun yang dikisahkan dalam Al-Qur’an. Disamping itu, memang terdapat kisah-kisah yang tampaknya sulit untuk dideteksi sisis historisnya, misalnya peristiwa Isra’ Mi’raj dan kisah Ratu Saba’. Karena itu, sering disinyalir bahwa kisah-kisah dalam Al-Qur’an itu ada yang historis ada juga yang ahistoris.
Meskipun demikian, pengetahuan sejarah sangat kabur dan penemuan-penemuan arkeologi sangat sedikit untuk dijadikan bahan penyelidikan menurut kacamata pengetahuan modern, misalnya mengenai raja-raja Israil yang dinyatakan dalam Al-Qur’an. Karena itu, sejarah pengetahuan lainnya tidak lebih merupakan sarana untuk mempermudah usaha untuk memahami Al-Qur’an.
Di samping itu, sejarah yang disampaikan oleh manusia mengandung kemungkinan benardan salah, karena manusia memiliki subjektivitas sebab ia dipengaruhi oleh keinginan dan hawa nafsunya, atau punya kepentingan politik dan sebagainya. Ambil saja misalnya supersemar, sampai saat ini masih ada sebagian orang yang meragukan keautentikannya.
Sedangkan sejarah dalam Al-Qur’an pasti benar karena datangnya dari Allah dan tidak ada kepentingan kecuali untuk kemaslahatan manusia. Kisah-kisah yang disampaikan pasti sesuai dengan kenyataan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt.:
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
Artinya : (Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) yang haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi Lagi Maha Besar. (QS Al-Hajj [22]: 62).
Dalam ayat lain disebutkan:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
Artinya : Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. (QS Kahfi [18]: 13).
Juga sesuai firmannya:
نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَىٰ وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya : Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. (QS Al-Qashash [28]: 3).
Memang diakui bahwa Al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara kronologis dan tidak memaparkannya secara terperinci. Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan tentang berlakunya hukum Allah dalam kehidupan sosial serta pengaruh baik dan buruknya dalam kehidupan manusia.
Sebagian kisah dalam Al-Qur’an merupakan petikan sejarah yang bukan berarti menyalahi sejarah, karena (sebagaimana dijelaskan diatas) pengetahuan sejarah sangat kabur dan pertemuan-pertemuan arkeologi sangat sedikit untuk mengungkap kisah-kisah dalam Al-Qur’an, dalam kerangka pengetahuan modern. Karena itu, kisah-kisah Al-Qur’an memiliki realitas yang diyakini kebenarannya, termasuk peristiwa yang ada di dalamnya. Ia adalah bagian dari ayat-ayat yang diturunkan dari sisi Yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Maka dari manusia mukmin, tidak ada kata kecuali menerima danmengambil ‘ibrah (pelajaran) darinya.
5. Kesimpulan
Qashash Al-Qur’an merupakan pemberitaan Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwwat ( kenabian ) yang terdahulu dan peristiwa–peristiwa yang telah terjadi. Qur’an banyak mengandung keterangan–keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa–bangsa, keadaan negeri–negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona.
Manfaat Qashash dalam Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk dari Allah yang diemban para Nabi dan Rasul Allah sebagai penjelasan syari’at keislaman mereka. Pengaruh kisah Al-Qur’an terhadap pendidikan adalah paling tepat dengan menyampaikan kisah-kisah Al-Qur’an tersebut, maka seorang pendidik dapat mengungkapkannya dengan metode yang sesuai dengan tingkat berpikir para pelajarnya atau sesuai dengan tingkat kecerdasan mereka.
0 Response to "Makalah Al-Qashash Al-Qur’an"
Post a Comment