Mukaddimah, Faidah, dan Masalah Darah Haid

 مقـدمة
KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الـذى هدانـالهذا ومـا كنالنهـتدى لـولا ان هـدانـا الله
والصلاة والسلام على رسو لـه سيـدناومولا نا محمد صلى الله علـيه وسـلم وعلى الـه وصحبـه
ولاحو ل ولا قوة إلا بالـله العـلى العـظيم
أما بـعد


Tiada untaian kalimat yang patut kami ucapkan, kecuali panjatan puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah melimpahkan kenikmatan dan kasih sayang-Nya kepada kami. Kalaulah pertolongan dan kenikmatan serta kasih sayang Allah Azza wa Jalla tidaklah, kami percaya usaha penyusunan kitab ini tidak akan selesai. Pertolongan Allah inilah, ikhtiar penulisan kitab ini dapat selesai tanpa ada hambatan yang berarti. Kitab yang kecil mungil ini memuat tentang masalah darah wanita, darah haid, darah nifas, darah wiladat dan darah istihadlat. Oleh karena itu kami namakan kitab ini, “Risalatul Mahidl, Problematika Darah Wa-nita, Haid, Nifas dan Istihadlat,” menggunakan tulisan latin dan bahasa Indonesia dengan mengambil rujukan dari kitab-kitab Salaf bermazhab Syafi’i yang muktabar dan terkenal di pesantren nusantara ini. Penulisan ini, pula karena terdorong oleh kebutuhan kaum wanita, terutama yang kurang memahami tulisan Arab pegon dan bahasa Jawa kuna, yang sekarang sudah tidak di ajarkan di sekolah atau madrasah. Selain itu, menuruti atas permintaan sebagian teman-teman setia kami yang sedang mengajar di majelis taklim wanita, terutama yang mengajarkan masalah haid, nifas, wiladat dan istihadlat. Di samping itu, kami menganggap perlu penulisan ini dan merupakan tanggung jawab bersama dalam mengatasi kekurangan yang dirasakan kaum wanita, dan sekaligus sebagai sumbangsih terhadap perkembangan dan kemajuan mereka. Kami melihat betapa pentingnya pengetahuan agama, terutama masalah darah wanita ini, sebagaimana yang dinyatakan Syaikh Ibrahim al-Bajuri Dalam kitab karangannya ialah:

ويجب على المرأة أن تتعلم ما يحتاج اليه من أحكام الحيض والنفاس والإستحاضة فإن كان زوجها عالما لزمه تعليمها وألا فلها الخروج لسؤال العلماء بل يجب عليها وليس له منعها الا ان يسال هو ويخبرها فيستغنى بذلك. إنتهى/ حاشية الباجورى :1/113.
   
 
          “Bahwa hukumnya wajib bagi seorang wanita akan mengaji sesuatu yang dibutuhkan dari hukum-hukum haid, nifas dan istihadlat. Apabila suaminya pintar, maka wajib mengajar istrinya, dan apabila suaminya tidak pintar, maka boleh, bahkan wajib bagi istrinya keluar dari rumahnya untuk keperluan bertanya kepada ulama. Dan hukumnya haram bagi suami yang melarang istrinya keluar dari rumahnya untuk keperluan itu, kecuali suaminya akan bertanya kepada ulama, kemudian mengajarkan hukum-hukum itu kepada istrinya.” (Hasyiyah Al-Bajuri: 1/1134).

Penggunaan bahasa Indonesia dan tulisan latin ini dimaksudkan untuk mensosialisasikan keputusan Konfrensi Ulama Rifa’iyah Nomor: V Syawal 1371, di Donorejo Limpung Batang Jateng, yang membolehkan penulisan kitab-kitab Tarajumah dengan bahasa Indonesia dan tulisan latin, asalkan untuk memahami kitab tersebut secara mudah dan benar, sebagaimana yang dituturkan Syaikh Ahmad Rifa’ie dalam bait-bait kitab karangannya yaitu:

فتوتورا سيرا كبيه إع منوساأنـني * كع تنمو مكسه بودو دالم أكماني
سكع سكير ا برعكع فهـم نع أتـني * ووعيكو كبيه سكع شرع فكوني
(أبـين الحـوائـج المجلد الثانى :492).


“Berkhutbahlah kamu kepada sekalian manusia
Yang kemungkinan masih bodoh dalam bidang agama
Dari cara apa yang sekiranya hati mereka faham
Dari tuntunan syariat Islam.”
(Abyanal Hawaij: 11/25/492).
Sebenarnya tulisan seperti itu pernah pertama dirintis oleh Bapak Kiai Ahmad Nasihun Pekalongan tahun 1972 dan KH. Hakamudin Halali Cirebon Jawa Barat tahun 1998 yaitu kitab yang berjudul Alluma’., yang membicarakan shalat Jum’at, dan ulama lainnya, karena mereka melihat perkembangan masa kini sudah banyak al-Qur’an dan Hadits yang diterjemahkan dengan berbagai bahasa dan tulisan. Oleh karena itu kami memberanikan diri menyusun kitab menggunakan bahasa Indonesia dan tulisan latin, seperti yang sekarang ini.
Akhirul Kalam, harapan penulis atas kitab ini dapatlah bermanfaat bagi setiap teman-teman yang hajat membaca dan memahami, manfaat dunia dan manfaat di akhirat nanti. Dan dijadikanlah kitab ini sebagai amal Jariyah yang pahalanya akan senantiasa mengalir sepanjang masa. Dan akhirnya kami memohon ampun dan pertolongan kepada Allah Yang Maha Pengayang lagi Maha Pengampun. Kepada Allah Rabbul Izzati Wal Jabarut jualah, penulis berserah dan bertawakal.

فائدة

لبسم الله الرحمن الرحيم
وروى عن عائشـة رضى الله عنها انهـا قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما من امرأة تحيض إلا كان حيضها كـفارة لما مضى من ذنوبها. وان قالت فى أول اليوم "الحمد لله على كل حال واستغفرالله من كل ذنب" , كتب الله لها براءة من النار وجوازا على الصراط وأمانا من العذاب ورفع الله تعالى لها بكل يوم وليلة درجة أربعين شهيدا إذا كانت ذاكرة لله تعالى فى حيضها.

“Telah diriwayatkan dari ‘Aisyah Radliyallahu ‘Anha berkata: Rasul Allah bersabda: “Tiada seorang wanita yang haid, melainkan haidnya itu menjadi pelebur untuk masa lalu dari dosa-dosanya. Apabila di dalam hari pertama ia membaca: Alhamdulillaah ‘Alaa Kulli Haalin wa Astaghfirullah Min Kulli Dzanbin, maka Allah untuk wanita itu bebas dari api neraka, ia berjalan di atas titian dan aman dari siksa, dan Allah Yang Maha Mulia mengangkat baginya pada setiap hari dan malam derajat empat puluh orang mati sahid ketika ia ingat kepada Allah Ta’ala di dalam haidnya."




مسـئلة الحيـض
MASALAH DARAH HAID
Definisi Haid
          Haid menurut bahasa artinya ialah mengalir. Adapun menurut istilah Syara’, yang dinamakan haid ialah darah yang kebiasaan keluar dari farji (kemaluan) seorang wanita yang telah berusia sembilan tahun, bukan karena melahirkan, dalam keadaan sehat dan warnanya merah semu hitam menghanguskan (Fathul Qarib:10).

Dasar Hukum Haid
          Adapun dasar hukum Haid adalah firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala dalam Alqur’an sebagai berikut:

ويسئلـونـك عن المحـيض قل هو اذ ى فاعتزلـوا النساء فى المحـيض ولا تفربوهن حتى يـطهرن فإذ ا طهرن فأتـوهن من حيث أمركم الله أن الله يحب التوابـين ويحب المتطهرين (البقرة : 222).

“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran.” Oleh karena itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang di perintahkan Allah kepada mu> Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat, dan menyukai orang-orang yang mensucikan.” (QS. Al-Baqarah: 222).              
Dan hadist Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam Sebagai berikut:

أن هذاأمرا كتبه الله على بنات أدم .(رواه البخارى ومسلم عن عائشة ).
“Sesungguhnya haid ini yang telah menetapkan Allah atas anak-anak putri Nabi Adam As.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah Ra.).

Nama Nama Haid
Penyebutan nama haid menurut ulama Fuqaha terdapat 15 nama adalah sebagai berikut:
1- حيض 2- محيض 3- محاض 4- طمث 5- إكبار 6- طمس 7- عراك 8- فراك 9- اذى 10- ضحك 11- درس 12- دراس 13 - نفاس 14- قرء 15- إعصار
Adapun hayawan atau binatang yang mengalami haid adalah delapan macam, yaitu sebagai berikut:
1. Binatang kelawar
3. Binatang dlabu’ atau kera
4. Binatang kelinci (Jawa: mermut)
5. Binatang unta
6. Binatang cecak
7. Binatang kuda
8. Binatang anjing. 
Akan tetapi selain orang wanita, binatang-binatang tersebut haidnya tidak tertentu (Bujairami ala Al Khatib: 1/300).

Tanda-Tanda Balig Bagi Wanita
Tanda-tanda balig bagi seorang anak wanita terdapat lima macam. Apabila salah satu dari lima perkara terdapat padanya, maka dihukumi sudah balig, ialah sebagai berikut:
1. Sudah sampai umur 15 tahun Qamariyah (penanggalan bulan).
2. Keluar air mani dari kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah.
3. Keluar darah Haid setelah umur 9 tahun Qamariyah Taqriban, ya-itu kira-kira atau kurang sedikit dari 15 hari, walaupun hanya sebentar (Kasyifatu al Syaja: 16).
4. Keluar bulu kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah (Tabyinal Ishlah: 157).
5. Dan kedua buah dadanya sudah menonjol ke depan secara jelas (Bidayatul Ummat: )

Tanda-Tanda Balig Bagi Lelaki
Adapun tanda-tanda balig bagi seorang anak lelaki sebanyak empat perkara. Apabila didapati pada seorang anak lelaki salah satu dari empat perkara, maka anak tersebut dihukumi sudah berumur balig, yaitu sebagai berikut:
1. Sudah sampai umum 15 tahun Qamariyah (penanggalan bulan).
2. Keluar air mani dari kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah.
3. Keluar bulu kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah.
     (Tabyinal Ishlah: 157).

Permulaan Haid Bagi Wanita
Usia paling muda waktu keluar darah haid bagi seorang anak wanita, ialah berumur 9 tahun Qamariyah Taqriban (kira-kira). Adapun pengertian taqriban atau kira-kira ialah, apabila seorang anak wanita yang cukup umur 9 tahun kurang 16 hari dan malamnya ke atas (waktu yang cukup digunakan paling sedikitnya haid dan paling sedikitnya suci), mengeluarkan darah, maka tidak dihukumi haid, tetapi dihukumi darah istihadlah atau darah rusak (Fathul Qarib pada Hamisy Al Bajuri:1/112 dan Abyanal Hawaij: 11/268)

Adapun pada waktu mengeluarkan darah seorang wanita, sudah berusia 9 tahun kurang dibawahnya 16 hari dan malam (waktu yang tidak cukup untuk paling sedikitnya haid serta paling sedikitnya suci) maka dihukumi darah haid.
Apabila seorang wanita mengeluarkan darah beberapa hari yang sebagian sebelum waktunya bisa haid, dan yang sebagian lagi setelah waktunya bisa haid, maka darah yang pertama dihukumi darah istiha-dlah, dan darah yang akhir dihukumi darah haid.

Suatu Contoh
Sorang anak wanita cukupnya umur 9 tahun masih kurang 20 hari dan malam, lalu ia mengeluarkan darah lagi lamanya 10 hari dan malam, maka darah yang pertama selama 4 hari dan malam lebih sedi-kit, dihukumi darah istihadlah, karena kurangnya dari cukup umur 9 tahun masih cukup untuk haid serta suci.
Adapun darah yang tertinggal, yang lamanya 6 hari dan malam, kurang sedikit, dihukumi darah haid, karena kurangnya dari cukup u-mur 9 tahun sudah tidak cukup untuk haid serta suci (Hasyiyah al-Jamal ala Syarhi al-Minhaj: 1/236).

Lamanya Waktu Haid dan Sucinya
Seorang wanita mengeluarkan darah yang dihukumi haid adalah sekurang-kurangnya masa sehari semalam atau 24 jam, baik selama 24 jam itu darah keluar terus menerus, atau terputus-putus selama 15 hari dan malam. Yakni suatu tempo keluar darah di tempo lain putus darah, yang seandainya mengeluarkan darahnya itu terjumlah cukup 24 jam, hal ini dihukumi darah haid, asalkan semuanya itu masih didalam 15 hari dan malam.
Sehingga, apabila darah yang keluar jumlahnya tidak cukup 24 jam, tidaklah dihukumi darah haid, melainkan dihukumi darah istiha-dlat (Minhaju al-Qawim: 29 dan Abyanal Hawaij: 11/268).

Bahwa yang dimaksud dengan bil ittishal atauterus menerus yaitu seumpama kapuk kapas dimasukkan ke dalam kemaluan wanita, masih adanya darah itu, masih dihukumi mengeluarkan darah, sekalipun darah tidak sampai ke luar ke tempat yang wajib dibasuh ketika istinja’ (ber-suci). Hasyiyah Al Turmusi ala al Minhaju al-Qawim: 1/538).

Adapun sebanyak-banyaknya seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah 15 hari dan 15 malam.
Pada kebiasaanya, mengeluarkan darah haid selama 6 atau 7 hari dan malam. Semuanya ini berdasarkan hasil penelitian Imam Syafi’i Ra kepada wanita Arab di Timut Tengah. Adapun paling lamanya seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah 15 hari dan malam (Al Minhaju al-Qawim: 29).
 Dan sekurang-kurangnya suci yang memisahkan antara satu haid dengan haid yang lain ialah 15 hari dan 15 malam. Adapaun sebanyak-banyaknya suci tidak ada batasnya, bahkan kadang sudah tidak keluar darah haid lagi, karena usia atau keadaan. Dan pada kebiasaannya suci tersebut meliha kepada kebiasaannya haid. Apabila haidnya enam hari, maka sucinya adalah 24 hari, dan apabila haidnya itu tujuh hari, maka sucinya adalah 23 hari (Qutu al-Habib: 44).

Masalah-Masalah
Darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita yang sedang ha-mil adalah termasuk darah haid, apabila lamanya sehari semalam serta tidak lebih dari 15 hari dan malamnya, dan mengeluarkan darah tersebut sebelum melahirkan anak (Fathul Wahhab: 1/27).
Seorang wanita ketika mengeluarkan darah haid dengan terputus putus, semuanya dihukumi haid, baik ketika mengeluarkan darah atau ketika putus yang ada sela-selanya itu.

Ketahuilah!
Seorang wanita, sama saja Mubtadi’at (baru sekali mengeluarkan darah) atau Mu’tadat (yang sudah pernah haid dan suci), dihukumi haid (haram melaksanakan perkara yang diharamkan kepada orang yang haid), sebab hanya mengeluarkan darah). Kemudian kalau darah terse-but ternyata putus sebelum cukup sehari semalam, maka hukumnya bukan darah haid, sehingga ia diwajibkan mengqadla shalat yang di tinggalkan selama mengeluarkan darah tersebut. Dan apabila darah itu sampai cukup sehari semalam, maka tentunya dihukumi darah haid. (Hasyiyah Al Syarqawi ‘ala al-Tahrir: 1/152)

0 Response to "Mukaddimah, Faidah, dan Masalah Darah Haid"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel