Makalah Akhlak Kepada Allah SWT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa, sanggup beribadah
dan bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan syaitan yang senantiasa
salah, sesat dan menyesatkan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang diberikan
dan dibekali oleh allah akal dan nafsu ditambah lagi dengan qalbu kesinambungan
akal dan nafsu disertai dengan hati yang bersih menjadikan manusia mendapatkan
derajat yang tinggi dari malaikat
Kalau kita tengok sejarah kebelakang sebelum
islam itu datang, kita dapat temukan refernsi-referensi tentang bejad dan
tercelanya sifat para kaum-kaum jahiliyah yang tidak mempunyai peradaban yang
murni mereka hanya mengumbar nfsu belaka tanpa mementingkan etika yang baik dan
mulia. Ini semua adallah disebabkan oleh tidak adanya aturan dalam hidup, oleh
sebab itu Allah SWT mengutus seorang nabi yang merupakan nabi dan rosul
terakhir yang diutus hingga akhir zaman untuk menyempurnakan akhlak dimuka bumi
ini terkhusus bagi bangsa arab sendiri sebagaimana diterangkan dalam hadist
berikut:
انما بعثت لاتمم مكارم
الاخلاق
Artinya: ‘‘Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus
untuk menyempurnakan akhlak’’
Hadits diatas menunjukan kepada kita, bahwa benar-benar nabi
kita Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak baik di
dunia ini, karena dengan akhlak baiklah maka kan berbuah syurga yang dinanti
Maka dengan adanya pengutusan nabi dan rosul terakhir ini
terbukti adanya perubahan yang sangat signifikan yang merubah dari zaman kegelapan
menjadi zaman terang benderang. Keadaan ini pun berlangsung sangat lama karena
benar-benar pengaruh nabi Muhammad begitu terasa.
B. Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang dibahas dalam makalah ini, diantaranya:
1.
Pengertian Akhlak
2.
Ciri-ciri akhlak yang islami.
3.
Jenis-jenis akhlak
C. Tujuan Penulisan
Secara umum Diharapkan baik penyusun maupun
pembaca dapat lebih memahami dan menerapkan perihal Akhlak dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga baik penyusun maupun pembaca dapat menjadi contoh yang
baik bagi lingkungannya. Selain itu juga sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Hadits I, agar telaksana tujuan pendidikan yang diharapkan.
D. Sistematika Penulisan
Untuk menjelaskan dari uraian-uraian yang terdapat pada rumusan masalah, makalah ini dituangkan dalam sistematika penulisan yang meliputi pendahuluan, isi atau pembahasan dan penutup/ kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Akhlak
Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan
linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Kata
“Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti
kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta;
demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan.
Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai
perspektif sesuai dengan para ahli tasawuf diantaranya :
·
Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai
berikut:
حَالً لِلنَّفْسِ
دَاعِيَةٌ لهَاَ اِلَى اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Artinya:
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
·
Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak
sebagai berikut:
اَلْخُلُقُ عِبَارَةٌ
عَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٍ عَنْهَا تَصْدُرُ اْلَافْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ
وَيُسْرٍمِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Artinya:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan
pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
· Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:
عَرَفَ بَعْضُهُمْ
اْلخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ اْلِارَادَةِ يَعْنِى أَنَّ اْلِإرَادَةَ اِذَا اعْتَادَتْ
شَيْأً فَعَادَتُهَا هِيَ الْمُسَمَّاةُ بِالْخُلُقِ
Artinya:
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut
akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”
Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam penyataan tersebut
dapat diartikan bahwa kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia
setelah bimbang, sedang kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga
mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai
kekuatan, dan gabungan dari kekuatan dari kekuatan yang besar inilah dinamakan
Akhlak.
Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya,
tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya, Bahkan berdekatan artinya satu
dengan yang lain. Sehingga Prof. Kh. Farid Ma’ruf membuat kesimpulan tentang
definisi akhlak ini sebagai berikut:
“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu”.
2. Ciri-ciri Akhlak yang Islami
Persoalan “Akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat
pada Al-Qur’n dan Al-Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan
dalam tindakan sehari-hari bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan
buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan
bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah
perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.
Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan system
moral/akhlak yang berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang
diwahyukan Allah pada nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada
umatnya.
Akhlak islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan
kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama
itu sendiri. Dengan demikian, dasar/sumber pokok daripada akhlak islam adalah
Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama islam itu
sendiri.
Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi:
عَنْ اَنَسِ بْنِ
ماَلِكٍ قَالَ النَّبُّى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا ماَ
تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ وَرَسُوْلِهِ
Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah
kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada
keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya”.
Memang tidak disangsikan lagi dengan bahwa segala
perbuatan/tidakan manusia apapun bentuknya pada hakikatnya adalah bermaksud
untuk mencapai kebahgiaan (saadah), dan hal ini adalah sebagai “natijah” dari
problem akhlak. Sedangkan saadah menurut system moral/akhlak yang agamis
(islam), dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni dengan
menjahui segala larangan Allah dan mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana
yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an dan
Al-Hadits.
Sehubungan dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir
menyebutkan bahwa Akhlak Islam berkisar pada:
1.
Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan
dirinya kepada Allah, untuk mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan
batin, dalam kehidupan masa kini maupun yang akan datang.
2.
Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu
Allah dan sunah Rasul-Nya, membawa konsekuensi logis, sebagai standar dan
pedoman utama bagi setiap akhlak seorang muslim. Ia memberi sangsi terhadap
akhlak dalam kecintaan dan kekuatannya kepada Allah, tanpa perasaan adanya
tekanan-tekanan dari luar.
3.
Keyakinannya akan hari kemuadian/pembalasan,
mendorong manusia berbuat baik dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin,
dengan segala pengabdiannya kepada Allah.
4.
Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi
kehidupan manusia berdasrkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan.
Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya, dengan janji dan sangsi
Illahi yang Maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisikan hati nurani , yang
menurut kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan.
3. Jenis-jenis Akhlak
1. Akhlak kepada Allah
Beberapa akhlak yang sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai
mahluk kepada kholiq-Nya, diantaranya:
·
Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan
perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai denganperintah-Nya. Seorang muslim
beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
·
Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah
dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam
hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
·
Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja
kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan
keterbatasan dan penerapan akhlak dalam Kehidupan.
·
Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri
sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari
suatu keadaan.
·
Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di
hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang
Maha Kuasa, oleh karena itu idak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong,
tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada
Allah.
Seorang muslim harus menjaga akhlaknya terhadap Allah swt, tidak mengotorinya dengan perbuatan syirik kepada-Nya. Sahabat Ismail bin Umayah pernah meminta nasihat kepada Rasulullah saw, lalu Rasulyllah memberinya nasihat singkat dengan mengingatkan, “Janganlah kamu menjadi manusia musyrik, menyekutukan Allah swt dengan sesuatupun, meski kamu harus menerima resiko kematian dengan cara dibakar hidup-hidup atau tubuh kamu dibelah menjadi dua“. (HR. Ibnu Majah).
2. Akhlak kepada Diri Sendiri
Adapun Kewajiban kita terhadap diri sendiri dari segi akhlak, di
antaranya:
·
Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap
dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap
apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi
larangan dan ketika ditimpa musibah.
·
Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas
pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan
dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah
dengan bacaan Alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan
aturan-Nya.
· Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
3. Akhlak
kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di
antara anggota
keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada
ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan.
Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara
lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan
cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan
beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan
dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari
komunikasi orang tua dengan anak, maka akan lahir wibawa pada orang tua.
Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu
kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak dalam
keluarga.
Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan
batin,keakraban, dan keterbukaan di antara anggota keluarga dan menghapuskan
kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat
menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan
menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu
pula dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral
kepada anak-anak sebagai landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada
masa-masa selanjutnya.
4. Akhlak
kepada Sesama Manusia
Berakhlak baik terhadap sesama pada hakikatnya
merupakan wujud dari rasa kasih sayang dan hasil dari keimanan yang benar,
sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Mukmin yang paling sempurna imanya ialah
yang paling baik akhlaknya. Dan yang paling baik diantara kamu ialah mereka
yang paling baik terhadap isterinya“. (HR. Ahmad).
Diantara akhlak-akhlak itu diantaranya, adalah:
a. Akhlak terpuji (
Mahmudah )
Penerapan akhlak sesama manusia yang dan merupakan akhlak yang
terpuji adalah sebagai berikut:
·
Husnuzan
Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka).
Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah
suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan
rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:
– Meyakini
dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul-Nya Adalah untuk
kebaikan manusia
– Meyakini
dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.
Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan).
Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah
berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi
pelakunya sendiri maupun orang lain.
·
Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang
tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk
adalah takabur. Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa rendah hati kepada
saudaranya semuslim maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan barangsiapa
mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan merendahkannya” (HR. Ath-Thabrani).
·
Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling
menghargai sesama manusia. Allah berfirman, ”Untukmu agamamu, dan untukku
agamaku (Q.S. Alkafirun/109: 6) Ayat tersebut menjelaskan bahwa masing-masing
pihak bebas melaksanakan ajaran agama yang diyakini.
·
Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu
dengan sesama manusia. Allah berfirman, ”…dan tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat
dosa dan permusuhan…”(Q.S. Al Maidah/5:2)
Selain sifat-sifat di atas masih banyak lagi sifat-sifat terpuji
lainya yang menjadi patokan akhlak kita antar sesame.
b. Akhlak
Tercela ( Mazmumah )
Beberapa akhlak tercela yang harus kita hindari dalam kaitanya
akhlak antar sesama diantaranya:
·
Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling mendengki, dan janganlah kamu saling menjatuhkan. Dan hendaklah kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara dan tidak boleh seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari“. (HR. Anas).
·
Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk
membalas kejahatan. Allah berfirman:
”Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang
sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar,
sesungguhlah itulah yang terbaik bagi orang yang sabar” (Q.S. An Nahl/16:126)
·
Gibah dan Fitnah
Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk
menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang
dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang
dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah. Allah
berfirman,
”…dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing
sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik…” (Q.S. Al
Hujurat/49:12).
·
Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan
seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi
perselisihan antara keduanya. Allah berfirman,
”Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik
datang kepadamu membawa suatu berita maka telitilah kebenarannya, agar kamu
tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya
kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Q.S. Al Hujurat/49:6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena
akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter
manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan
sesama makhluk. Akhlak ini merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan
akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya
adalah Rasulullah S.A.W.
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang
sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan
Muslim).
B. Saran
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan bagi pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya
makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan
sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak
sesempurna Nabi Muhammad S.A.W , setidaknya kita termasuk kedalam golongan
kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, T.
Ibrahim. Membangun Akidah dan Akhlak, Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2008
Ghoni Asykur,
Abdul. Kumpulan Hadits-Hadits Pilihan Bukhori Muslim. Bandung: Husaini Bandung,
1992
http://mardiunj.blogspot.com/2010/03/hadits-tentang-akhlak.html
http://madinatulilmi.com/index.php?prm=posting&kat=1&var=detail&id=79
0 Response to "Makalah Akhlak Kepada Allah SWT"
Post a Comment