Nabi Idris As Menyiasati Malaikat Izrail
Menurut sebagian riwayat, Nabi Idris AS belum pernah mengalami kematian ketika hidupnya di dunia seperti halnya Nabi Isa AS, hanya saja mempunyai kisah dan keadaan yang berbeda. Tentang Nabi Isa dalam versi kita kaum muslimin, ketika pasukan kaum Yahudi berhasil menemukan tempat persembunyian Nabi Isa dan para sahabat beliau kaum Hawariyyun, Allah SWT mengangkat beliau ke langit, kemudian Allah menyerupakan wajah Yudas Iskariot menyerupai wajah Nabi Isa. Murid beliau yang satu ini berkhianat dan menunjukkan persembunyian beliau kepada kaumYahudi karena iming-iming harta kekayaan. Yudas Iskariot inilah yang ditangkap, disalib, kemudian dibunuh oleh orang-orang Yahudi karena memang ‘memiliki’ wajah Nabi Isa.
Sedang tentang Nabi Idris, semuanya berawal dari malaikat maut yang ingin bersahabat dengan beliau. Keinginan dan kerinduan Izrail itu muncul karena setiap hari (pada waktu ashar) dan malamnya (pada waktu subuh) ia melihat begitu indah dan cemerlangnya amal-amal Nabi Idris yang diangkat ke langit. Maka Izrail memohon kepada Allah merealisasikan keinginannya itu, dan Allah mengabulkannya. Maka Izrail menjelma menjadi manusia dan turun ke bumi.
Nabi Idris AS mempunyai amalan berpuasa setiap harinya sepanjang masa, dan berdiri untuk shalat sepanjang malam setelah waktu berbukanya, hingga matahari terbit. Izrail dalam bentuk manusia datang bertamu, setelah mengucap salam dan diijinkan untuk masuk, ia langsung duduk di sebelah Nabi Idris. Beliau berkata, “Apakah engkau mempunyai keperluan dengan aku?”
Tentu saja Nabi Idris tidak mengetahui kalau tamunya itu adalah malaikat maut, disangkanya hanya manusia biasa seperti kebanyakan tamu beliau. Izrail berkata, “Tidak, aku hanya ingin menemani engkau jika diijinkan!!”
Nabi Idris mengijinkannya dan beliau meneruskan aktivitas pekerjaan. Sebagian riwayat menyebutkan, pekerjaan beliau adalah seorang penjahit.
Setelah tiba waktu berbuka, datang malaikat dengan membawa hidangan surga. Nabi Idris menghadapi hidangan itu sambil berkata kepada tamunya, “Marilah makan bersamaku!!”
Tentu saja Izrail tidak memerlukan makanan-makanan itu, maka ia menolak dan mempersilahkan Nabi Idris berbuka dan makan sendirian saja. Usai berbuka, beliau langsung meneruskan beribadah seperti biasanya, berdiri untuk shalat sepanjang malam itu, sementara Izrail tetap duduk tempatnya seperti sebelumnya. Ketika matahari terbit dan Nabi Idris mengakhiri ibadah shalatnya, ia keheranan karena tamunya itu masih saja duduk menemaninya tanpa banyak perubahan seperti sebelumnya. Keheranan yang tidak perlu andai saja beliau tahu kalau tamunya itu seorang malaikat.
Pada pagi hari seperti itu biasanya Nabi Idris mulai bekerja menjahit, tetapi karena hari itu mempunyai tamu yang dalam sehari-semalam ini hanya duduk menemaninya, beliau berkata, “Wahai Tuan, apakah tuan bersedia berjalan-jalan bersamaku sehingga engkau merasa senang?”
Izrail berkata, “Baiklah!!”
Mereka berdua berjalan, hingga ketika sampai pada suatu ladang, Izrail berkata, “Apakah engkau mengijinkan aku mengambil beberapa tangkai dari tanaman ini untuk makanan kita berdua??”
“Subkhanallah,” Kata Nabi Idris, “Kemarin aku mengajak makan tetapi engkau menolak makanan yang jelas halalnya, tetapi hari ini engkau ingin makan dari yang haram!!”
Malaikat Izrail hanya tersenyum mendengar jawaban itu, kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Mereka terus berjalan hingga empat hari lamanya, dan setiap kali masuk waktu berbuka, datang malaikat membawa hidangan untuk Nabi Idris. Setiap kali beliau mengajak makan hidangan surga itu, tentu saja Malaikat Izrail menolak.
Akhirnya Nabi Idris menyadari kalau tamunya ini bukanlah manusia biasa, beliau berkata, “Sebenarnya siapakah tuan ini?”
Izrail berkata, “Saya adalah malaikat maut??”
Nabi Idris terkejut mendengarnya, dan berkata, “Jadi engkau yang mencabut nyawa??”
“Ya,” Jawab Izrail.
Beliau berkata lagi, “Engkau selalu berada di sisiku sejak empat hari yang lalu, apakah engkau juga mencabut nyawa seseorang (selama itu)??”
Izrail menjawab, “Ya, bahkan banyak sekali aku mencabut nyawa!!”
Beliau berkata, “Bagaimana engkau melakukannya??”
Izrail berkata, “Ruh-ruh semua mahluk itu ada di depanku, sebagaimana sebuah hidangan makanan. Mudah sekali aku meraih dan mengambilnya (yang telah tiba waktunya), seperti halnya engkau mengambil makanan di depanmu!!”
Nabi Idris manggut-manggut tanda mengerti, walau mungkin beliau tidak melihat langsung bagaimana Malaikat Maut mencabut nyawa seseorang, pada saat yang sama sedang berjalan bersama dirinya selama empat hari terakhir. Beliau berkata lagi, “Apakah maksud kedatangamu kepadaku, sekedar berkunjung atau untuk mencabut nyawaku??”
Izrail berkata, “Aku datang sekedar berziarah kepadamu dengan seizin Allah SWT!!”
Sejenak Nabi Idris terdiam seperti memikirkan sesuatu, kemudian berkata, “Wahai Malaikat Maut, kebetulan sekali, sesungguhnya aku mempunyai hajat (keperluan) kepadamu!!”
“Apa hajatmu kepadaku??”
“Hajatku kepadamu adalah, hendaklah engkau mencabut nyawaku, dan aku memohon kepada Allah agar Dia menghidupkan aku lagi, sehingga aku bisa makin giat beribadah setelah aku merasakan sakitnya sakaratul maut!!”
Izrail berkata, “Aku tidak bisa mencabut nyawa seseorang kecuali atas seizin Allah, yakni yang telah sampai pada saat ajalnya. Sedangkan saat ini belum tiba saat ajalmu!!”
Tetapi sesaat kemudian turun perintah Allah kepada Izrail agar mencabut nyawa Nabi Idris. Maka Izrail memberitahukan perintah Allah tersebut kepada Nabi Idris, yang dengan senang hati menerimanya. Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris dan beliau meninggal, tetapi setelah itu Izrail menangis tersedu-sedu karena merasa kehilangan sahabatnya dalam empat hari tersebut. Ia terus menangis dan merendahkan diri kepada Allah, sambil meminta agar Allah menghidupkan kembali Nabi Idris.
Setelah beberapa waktu lamanya Izrail dirundung kesedihan, Allah menghidupkan kembali Nabi Idris. Tentu saja Izrail sangat gembira, dan ia berkata, “Bagaimana engkau merasakan sakitnya kematian??”
Nabi Idris berkata, ”Sesungguhnya hewan ketika dikelupas kulitnya (dikuliti) dalam keadaan hidup, maka sakitnya kematian itu seribu kali lebih sakit daripada itu!!”
Izrail berkata, “Sesungguhnya aku bersikap sangat lembut dan sangat hati-hati ketika mencabut nyawamu, yang belum pernah aku lakukan sebelumnya kepada siapapun!!”
Nabi Idris berkata lagi, “Aku masih mempunyai hajat kepadamu, sesungguhnya aku ingin melihat neraka jahanam, dan aku berharap bisa makin giat beribadah kepada Allah setelah melihat siksaan, rantai, belenggu dan berbagai macam azab neraka lainnya!!”
Izrail berkata, “Bagaimana aku bisa membawamu ke neraka jahanam tanpa seizin Allah!!”
Tetapi sesaat kemudian Allah berfirman kepadanya untuk memenuhi permintaan Nabi Idris tersebut. Izrail membawa beliau mengunjungi jahanam, memperlihatkan berbagai macam siksaan yang dipersiapkan bagi orang-orang yang mendurhakai Allah, seperti rantai dan belenggu api, ular, kalajengking, aspal, air yang mendidih, zaqqum dan berbagai macam siksaan lainnya. Semua itu membuat Nabi Idris menggigil penuh ketakutan, setelah itu ia membawa beliau kembali ke tempat semula di dunia.
Kemudian Nabi Idris berkata lagi, “Wahai Malaikat Maut, aku masih mempunyai hajat lainnya kepadamu, yakni bawalah aku ke surga. Jika aku telah melihat dan merasakan kenikmatan surga, aku akan lebih bersemangat dalam beribadah dan melaksanakan ketaatan kepada Allah!!”
Lagi-lagi Izrail berkata, “Bagaimana mungkin aku membawamu ke surga tanpa seizin Allah!!”
Dan seperti sebelumnya, Allah menurunkan perintah-Nya agar membawa Nabi Idris ke surga seperti permintaannya. Segera saja Izrail membawa beliau, dan berhenti di pintu surga, yang dari sana telah terlihat berbagai kenikmatan di dalamnya, tetapi tidak membawa beliau masuk ke dalamnya. Maka Nabi Idris berkata, “Wahai saudaraku, aku telah merasakan sakitnya kematian, merasakan (pengaruh) dahsyatnya siksa neraka dan keterkejutan melihatnya. Apakah engkau berkenan meminta kepada Allah agar mengizinkan aku memasuki surga, sekedar minum seteguk airnya, untuk menghilangkan bekas-bekas sakitnya kematian dan dahsyatnya siksaan neraka!!”
Izrail memanjatkan doa kepada Allah sesuai permintaan beliau, dan Allah mengabulkan serta mengizinkannya. Maka Nabi Idris memasuki surga dan hanya minum seteguk air sesuai janjinya. Tetapi sebelum keluar lagi, beliau meninggalkan terompah beliau di bawah pohon. Setelah berada di pintu surga lagi bersama Izrail, Nabi Idris berkata, “Wahai Malaikat Maut, terompahku tertinggal di surga, aku akan mengambilnya!!”
Nabi Idris segera masuk ke surga, tetapi beberapa waktu lamanya Izrail menunggu beliau tidak keluar juga, maka ia berkata, “Wahai Idris, segeralah keluar!!”
Nabi Idris menyahut dari dalam surga, “Wahai Malaikat Maut, aku telah mendengar firman Allah bahwa tidak seorang manusia-pun kecuali akan merasakan sakitnya kematian, kemudian akan mendatangi neraka dan merasakan (walau hanya sedikit pengaruhnya) beratnya siksaan di dalamnya. Dan kalau beruntung, dia akan mendatangi surga dan merasakan kenikmatan di dalamnya, dan tidak pernah dikeluarkan lagi. Sesungguhnya aku telah merasakan seperti itu, dan kini telah masuk ke surga, maka aku tidak akan keluar lagi!!”
Mendengar hujjah (argumentasi) itu Malaikat Izrail jadi ketakutan. Bagaimanapun semua itu terjadi berawal dari ‘keinginannya’ untuk bersahabat dengan Nabi Idris. Ia takut Allah akan murka kepada dirinya karena sikap Nabi Idris yang tidak mau keluar dari surga, kembali ke dunia seperti semula. Tetapi kemudian Allah berfirman kepadanya, “Wahai Izrail, biarkanlah dia di sana, sesungguhnya telah menjadi ketetapan-Ku sejak zaman azali bahwa ia termasuk ahlul jannah!!”.
0 Response to " Nabi Idris As Menyiasati Malaikat Izrail"
Post a Comment